Seorang
pengusaha muda yang sukses dan kaya raya terpaksa harus menghadapi ajalnya
karena kanker kulit yang parah akibat sensitifitas tidak norma terhadap sinar
matahari.
Sebelum
meninggal, kepada dua anaknya yang masih belia ia berpesan : "Ayah akan
mewarisi seluruh kekayaan dan usaha ini pada kalian berdua. Ayah hanya memberi
dua pesan utama agar kalian sukses dan kaya raya seperti ayah tapi bisa
menikmatinya lebih lama."
"Pertama
jangan biarkan sinar matahari menyinari kulitmu secara langsung terlalu lama,
karena mungkin gen kanker kulit ini menurun pada kalian."
"Kedua,
dalam bisnis, jangan pernah menagih hutang pada pelanggan."
Setelah
memberi pesan tersebut sang ayah meninggal, tanpa sempat memberi penjelasan
yang lebih banyak. Kedua anak tersebut berjanji akan memenuhi permintaan ayah
mereka. Kedua anak tersebut dibesarkan oleh ibunya. Setelah cukup umur, sang
ibu memberi keduanya usaha yang diwariksan ayah mereka.
Sepuluh tahun
kemudian, salah satu anak menjadi anak yang sangat kaya raya, sedangkan satu
lagi menjadi sangat miskin.
Sang ibu
akhirnya bertanya, kenapa salah satu menjadi miskin sedangkan yang satu menjadi
kaya. Padahal keduanya memegang teguh nasehat ayah mereka. Anak yang miskin
berkata pada ibunya.
"Ibu,
bagaimana saya tidak miskin. Ayah berpesan agar selalu menghindari matahari.
Jadi setiap pagi aku harus pergi pakai kendaraan, sewa mobil, naik taksi,
sekalipun sebenarnya jaraknya dekat dan bisa jalan kaki. Tentu saja hidup saya
menjadi boros. Lalu ayah berpesan jangan menagih hutang kepada klien. Tentu
saja bisnis saya tidak berjalan baik. Setiap kali ada yang menunggak saya tidak
bisa menagih sehingga lama kelamaan modal saya habis. Saya jadi bangrut dan
miskin!"
Lalu sang ibu
menengok ke wajah anak yang kaya raya, menunggu jawaban.
Kepada sang
ibu anak yang kaya berkata; "Wahai ibu, saya menjadi kaya raya seperti ini
karena mengikuti nasehat akhir ayah. Karena ayah meminta saya menghindar dari
matahari, maka saya selalu pergi ke kantor sebelum matahari terbit. Kalau dekat
saya bisa jalan kaki tanpa perlu takut sinar matahari karena belum terbit.
Karena saya selalu datang pagi pegawai jadi ikut disiplin tidak berani
terlambat. Sedangkan ketika pulang, saya selalu menunggu matahari terbenam,
jadi jam kerja saya selalu di atas rata-rata orang lain. Lalu ayah berpesan
jangan menagih hutang pada klien. Karena itu saya menerapkan sistem cash and
carry (tidak memberikan hutang, red) sehingga arus kas perusahaan saya sangat
maju."
Demikianlah
akhirnya sang ibu tahu bagaimana nasehat yang sama bisa menghasilkan penafsiran
yang berbeda dan hasilnya jauh berlawanan.
Apa
pelajarannya?
Kadang konsep
dan penerapan berbeda jauh. Sering kita lihat orang yang memegang kitab suci
yang sama tapi berbeda jauh kualitas hidupnya, padahal keduanya sama-sama
merasa berpegang teguh pada kitab tersebut.
Sering kita
lihat pegawai yang bekerja dengan peraturan perusahaan yang sama tapi sikapnya
saling berseberangan.
Kadang
-kadang masalah utama bukan di peraturannya tapi bagaimana kita
menerjemahkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar