Tampilkan postingan dengan label Cerita Motivasi Bijak dan Inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Motivasi Bijak dan Inspiratif. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Juli 2019

Presepsiku Antara Ibadah dan Rizki

Dulu, saya mengira...sholat dhuha, sholat tahajjud, membaca Al Qur'an dan membaca zikir itu dapat menjadi penyebab terbukanya  pintu rezeki...

Dan saya menyangka bahwa rezeki itu adalah berwujud uang, gaji yg besar, banyak order, banyak job, urusan kerjaan lancar, banyak tabungan di bank, punya banyak asset seperti kendaraan, properti disana-sini, intinya rezeki itu adalah: "HARTA".

Namun setelah mencari tahu lebih dalam tentang apa makna rezeki dalam Islam, ternyata saya SALAH BESAR.

Bahwa ternyata, langkah kaki yang dimudahkan untuk hadir ke majelis ilmu, itu adalah rezeki.

Langkah kaki yg dimudahkan untuk shalat berjamaah di masjid adalah rezeki.

Hati yg Allah jaga jauh dari sifat iri hati, dengki, dan kebencian, adalah rezeki.

Punya temen yang sholeh dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu juga rezeki.

PADA AKHIRNYA SEMUANYA BERAKHIR "SAMA"

SAAT USIA 50- AN.... "CANTIK DAN JELEK, SAMA SAJA". (tak peduli seberapa cantiknya kamu,  di usia itu   kerutan, darkspot, kulit kendur, tak bisa terus kamu sembunyikan dengan Gincu dan bedakmu).

SAAT USIA 60-AN...  "PENDIDIKAN TINGGI DAN PENDIDIKAN RENDAH, POSISI TINGGI DAN POSISI RENDAH, SAMA SAJA". (Setelah semua pensiun, tak ada lagi boss atau bawahan).

SAAT USIA 70- an... "RUMAH BESAR DAN RUMAH KECIL, SAMA SAJA".(Tulang sendi lutut dan kakimu semakin tua, semakin sulit untuk bisa bergerak;  sekarang kamu cuma butuh ruang kecil untuk bisa duduk).

SAAT USIA 80- an...(kalau msh hidup)
"PUNYA UANG DAN TIDAK PUNYA UANG, SAMA SAJA" .(saat itu uangmu tak lagi bisa membeli steak yg lezat, gulai,  rendang, dll,  karena Tubuhmu tak lagi bisa dimasuki bnyk makanan, lidahmu sudah tak punya rasa, dan kamu tak bisa lagi ke tempat di mana kamu bisa menghabiskan uangmu).

SAAT USIA 90- an... "TIDUR DAN BANGUN, SAMA SAJA", (karena setelah bangun,  kamu tetap tidak tahu apa yg akan kamu lakukan)

SAAT AJALMU TIBA.... "KAYA DAN MISKIN,  SAMA SAJA".  Kamu hanya akan memakai kain kafan plus dimasukkan ke dalam tanah yang ukurannya sama;  orang2 akan menangisi kamu kemudian melupakanmu, karena mereka sudah dipenuhi oleh persoalan hidupnya masing-masing.

Oleh karena itu,  semasa hidup, jangan terlalu tinggi hati atas apa yg kita MILIKI, karena kita akan berakhir SAMA.  JANGAN Terlalu Keras mencari uang sampai lupa amal ibadah bekal akhirat nanti, karena PADA AKHIRNYA  kamu tak memiliki APA2...

" terkecuali Amal Kebaikan Dan Ibadah "
Yg akan di bawa Di Akhir Cerita.

Muhasabah





Sabtu, 11 November 2017

DIALOG SANTRI LIBERAL DAN KYAI

santri liberal: Ki, ada orang baek banget, anti korupsi, bangun mesjid, rajin sedekah sampe hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, trus meninggal dan dia bukan Muslim, masuk mana?
Kyai: Neraka.
santri liberal: Lah? Kan dia orang baek. Kenapa masuk neraka?

Kyai: Karena dia bukan Muslim.
santri liberal: Tapi dia orang baek Ki. Banyak orang yang kebantu karena dia, bahkan umat Islam
juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener dah Tuhan kalau orang sebaek itu dimasukin neraka juga.
Kyai: Allah tidak jahat, hanya adil.
santri liberal: Adil dari mane?
Kyai: Kamu sekolahnya apa?
santri liberal: Ane mah Master Sains lulusan US Ki, kenape?
Kyai: Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari US?
santri liberal: Yaa karena kemaren ane kuliah disana, diwisuda disana.
Kyai: Namamu terdaftar disana? Kamu mendaftar?
santri liberal: Ya jelas dong Ki, ini ijazah juga masih basah.
Kyai: Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana, hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna, apakah kamu tetap akan dapat ijazah?
santri liberal: Jelas enggak Ki, itu namanya mahasiswa ilegal, sekalipun dia pintar, dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan.
Kyai: Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah hanya karena tidak mendaftar?
santri liberal: *terdiam*
Kyai: Gimana?
santri liberal: Ya nggak jahat sih Ki, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus.
Kyai: Nah, kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat adalah pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal, mustahil kita diakui dan dapat ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan.

AKU YANG SALAH

Suatu hari, di sebuah kerajaan, sang raja hendak memberikan penghargaan kepada keluarga yang bisa dijadikan teladan di wilayahnya. Karena itu, ia mengutus pejabatnya untuk mencari siapa-siapa saja keluarga yang layak mendapat penghargaan tersebut.

Sang pejabat pun segera menunaikan tugasnya, mendatangi satu per satu keluarga yang dianggap layak mendapatkan kehormatan dari sang raja. Salah satunya, kelurga terpandang tinggal di sebuah rumah besar. Sayangnya, mereka terkenal berperangai keras, lugas, dan tidak kenal kompromi. Dari rumah besar nan megah tersebut sering terdengar percekcokan di antara anggota keluarga. Kadang hal-hal sepele pun bisa menyulut kemarahan, mendatangkan pertengkaran, bahkan tidak jarang berakhir dengan baku hantam.

Saat si pejabat masuk ke rumah dan belum lama duduk, dari dalam rumah tiba-tiba terdengar suara. Prang! Bunyi gelas pecah tersebut kemudian disusul teriakan suara dengan nada berang, “Hei! Matamu di mana? Duh, bodoh sekali, gelas diam begitu main disenggol saja!”
Teriakan balasan pun segera bersambut, “Siapa suruh taruh gelas sembarangan di situ. Kalau gelasnya tidak ditaruh di situ, pasti tidak akan tersenggol. Dasar tidak punya otak!” Begitu seterusnya, satu sama lain saling menyalahkan dengan nada tinggi, tanpa ampun, dan masing-masing mau menangnya sendiri.

Mendengar kata-kata kasar dan makian di balik ruang tamu, si pejabat pun segera berpamitan dengan tuan rumah. Niat awalnya untuk menyampaikan undangan dari baginda raja sebagai wakil dari keluarga teladan di kerajaan itu, akhirnya dibatalkan sebelum disampaikan.
Sambil menggelengkan kepala dan menghela napas panjang, si pejabat melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi sebuah rumah besar lainnya yang berada tak jauh dari situ.

Setibanya di rumah keluarga berikutnya, si pejabat dipersilakan duduk dengan sopan di ruang tamu yang sejuk. Dari tempat duduknya, terlihat seorang pemuda sedang mengepel lantai dengan tekun. Saat melihat ada tamu datang, segera dihentikan kegiatannya. Ia menghampiri sejenak dan dengan ramah menyapa si pejabat. Dari arah yang berlawanan, tiba-tiba seorang pemuda yang lain melintas dengan cepat sambil tangannya masih sibuk melihat buku yang sedang dibacanya tanpa melihat lantai yang masih basah. Gubrak! Suara keras disusul suara mengaduh pun terdengar. Si pemuda rupanya terpeleset.

Sambil berseru kaget, tergopoh-gopoh si pemuda yang masih memegang tongkat pengepel, menghampiri. Ia berusaha membantu orang yang terjatuh untuk berdiri sambil berkata, “Aduh, maaf Kak. Aku yang salah. Aku kurang cepat mengepelnya, lantainya masih basah dan membuat terpeleset. Di mana yang sakit, Kak?”

Sambil meringis menahan sakit, si kakak yang terjatuh, menerima uluran tangan adiknya sambil berkata, “Bukan salahmu, Dik. Aku kok yang salah, jalan terburu-buru tidak melihat lantai masih basah. Nggak apa-apa. Teruskan saja mengepelnya.” Dia pun segera bangkit berdiri untuk menyambut kedatangan tamunya.

Menyaksikan peristiwa di hari yang sama di dua keluarga yang berbeda, si pejabat mengerti mengapa keluarga yang sedang dikunjunginya ini begitu disanjung oleh orang-orang di sekitar sana. Rukun, santun, kompak, dan saling menyayangi satu sama lain. Entah siapa yang salah, satu sama lain saling mendahului untuk meminta maaf, tidak berusaha mencari kesalahan yang lain, dan membenarkan dirinya sendiri. Sungguh mengagumkan. Di dalam hati sang pejabat membatin, inilah salah satu keluarga yang pantas menghadap ke baginda raja untuk menerima penghargaan sebagai keluarga teladan kerajaan.

Memang, dalam kehidupan sehari-hari, sering kali hanya karena masalah sepele bisa timbul pertengkaran dan permusuhan. Semua berpangkal pada keinginan memuaskan ego atau gengsi manusia yang merasa benar sendiri, mau menang sendiri. Kalau hal tersebut tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka akan timbul dampak kelanjutannya berupa lahirnya kebencian, dendam, dan penderitaan yang berkepanjangan.

Sebaliknya, jika kita mampu meredam ego mau menang sendiri dan berinisiatif mengakui kesalahan dan memohon maaf seperti kisah di atas, maka banyak pertengkaran dan permusuhan bisa diredam, dan bahkan dihilangkan dengan segera. Sebagai gantinya, akan lahir kedamaian dan keharmonisan yang seutuhnya, baik di skala kecil seperti dalam keluarga maupun skala yang lebih besar, yakni bermasyarakat, bahkan bernegara.

Sikap mau mengakui kesalahan sendiri memang membutuhkan jiwa besar. Untuk itu, kita butuh belajar dan berlatih di setiap kesempatan. Mengakui kesalahan, mau meminta maaf dengan tulus dan berjanji tidak akan mengulanginya adalah jiwa ksatria yang tinggi nilainya di mata Tuhan. Mari, buka hati, lapangkan jiwa, dan bersihkan pikiran, maka kita akan jadi pribadi yang penuh arti.

Mesti tabayyun dulu....

Alkisah, sehabis pulang dari sawah, seekor kerbau merebahkan diri di kandang dengan wajah lelah dan nafas yang berat. Kemudian, datanglah seekor anjing. Kerbau lalu berucap, “Aahh.. kawan, saya sungguh capek dan besok ingin istirahat sehari dengan baik. Saya ingin kumpulkan tenaga untuk kemudian bekerja yang terbaik.”

Anjing pergi dan bertemu dengan kucing di sudut tembok. Katanya, “Tadi saya ketemu kerbau, dengar dengarnya dia besok ingin istirahat dulu. Sudah sepantasnya… Sebab, bos kasih kerjaan terlalu berat.”

Kucing lalu menceritakan kabar ini kepada kambing yang berpapasan dengannya, dan mengabarkan, “Dengar dengarnya kerbau complain bos kasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok tidak mau kerja lagi!”

Kambing yang lalu ketemu ayam, lantas berucap, “Sudah tahu, belum..? Dengar dengarnya, kerbau tidak senang bekerja untuk bos lagi, sebab mungkin ada bos lain yang lebih baik...”

Ayam yang terkejut mendengar kabar itu, bertemu monyet dan berkata, “Hei dengar dengarnya kerbau tak akan kerja untuk bosnya lagi dan ingin mencari kerja di tempat boss yang lain!”

Saat makan malam, monyet ketemu bos dan berkata, “Bos, si kerbau ternyata akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan dengar dengarnya dia ingin meninggalkan bos untuk kerja dengan bos lain.”

Mendengar ucapan monyet, bos lalu mengusir kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Pesan dari cerita ini:
Jangan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan orang lain walaupun itu orang terdekat kita. Kita harus check and re-check kebenarannya sebelum mengambil suatu keputusan. Cek langsung dari sumber berita pertama. Bukan dari sumber “dengar dengarnya” atau “konon katanya”... karena bisa jadi benar atau cuma hoax..

Renungan tentang kesehatan

Seorang Pengusaha membuka bisnis kebun binatang
Di pintu masuknya, dia pasang tarif ticket Rp 30.000/orang tp tdk ada 1 orangpun yg masuk .....
Karena beberapa lama tidak ada pengunjung maka harga ticketpun ia turunkan menjadi Rp 20.000/orang dan tetap tidak 1 orang pun mau masuk ....


Dikarenakan masih tidak tidak ada juga pengunjung akhirnya ia kembali turunkan tarif ticket menjadi Rp10.000/org dan tetep tidak ada pengunjung yang masuk !!
Akhirnya di tulislah pengumuman :

"MASUK GRATIS"

Kemudian banyak org yang rebutan masuk.

Ketika pengunjung di dalam penuh, si owner ini membuka semua pintu kandang binatang buas Singa ..., Harimau ..., Serigala ..., Ular .... & pintu keluarnya sudah di Kunci !
Lalu Di pintu keluar di tulis :
"Keluar Bayar Rp 500.000 !!"

Banyak orang berebut bayar ...

Inilah *ironi kehidupan* .... Ketika ditawarkan untuk hidup sehat, makan yg sehat, tidak merokok, istirahat cukup, olahraga, mengelola stres, dsb menjaga kesehatan dlm upaya pencegahan penyakit banyak org tidak mau ....

Tapi kalau sudah masuk RS, berapa pun mahalnya biaya RS, pasti akan dibayarnya utk dpt sembuh, sekalipun harus jual asset atau berhutang dan cari sumbangan.

*AYO JAGA KESEHATAN*

Hati yang menginginkan kabaikan

Hari itu saya bermaksud belanja keperluan pribadi di swalayan de depan gerbang perumahan. Setelah mengambil segala barang yang saya butuhkan ,saya pun buru buru menuju antrian di kasir . Di depan saya ada seorang anak muda berpenampilan rada sangar dan di depan anak muda itu ada seorang ibu ibu berpenampilan sederhana dengan 2 orang anaknya yang sedang menghitung belanjaan mereka di kasir.

"Total seluruhnya 145 ribu bu", kata si neng penjaga kasir tersenyum ramah setelah menjumlahkan seluruh barang belanjaan si ibu . Ibu itu segera membuka dompetnya... uangnya recehan semua dan sedikit lusuh, lalu dia menghitungnya satu persatu dengan wajah tertunduk . Kedua anaknya berdiri memperhatikan ibu mereka sambil sesekali memegang tangannya, keduanya terlihat tidak sabar . 

Antrian di swalayan-pun semakin panjang, maklum tanggal muda...
Saya lihat wajah si ibu pucat pasi ... terlihat jelas ia kebingungan sebab ternyata uang yang ada di dompetnya kurang. Ia mulai berfikir untuk mengembalikan sebagian barang belanjaan yang diambilnya... seketika tiba-tiba saja... anak muda di depan saya membungkuk sambil memungut uang 50 ribuan yg ada di lantai dan menyodorkannya ke pada ibu itu :

"Hati-hati bu, hati hati kalau menghitung uang... ini ada selembar uang ibu yang jatuh", Si ibu yang bengong seperti tak percaya... dengan tangan bergetar mengambil dan menerima uang itu... dengan tatapan mata penuh syukur ia memandang pada si anak muda tsb.

Setelah membayar di kasir dengan gembira kedua anaknya menenteng kantong plastik belanjaan berlalu pergi. Anak muda itu membayar belanjaannya kemudian ia juga segera pergi... saya kejar sambil tergesa-gesa menyusul dia... setelah bertemu Saya berkata, "Dek saya tahu... tadi kamu dengan sengaja menjatuhkan uang 50 rebuan milikmu... buat kamu kasihkan sama si ibu yang tadi itu... saya melihat karena saya berada tepat di belakang kamu... demi ALLAH saya bertanya, bagaimana kamu bisa mendapat ide itu ?"

Anak muda itu dengan santun menjawab, "ALLAH lah yang mengilhamkan itu pada saya pak... saya tidak ingin si ibu itu malu dihadapan kita dan anak-anak nya... karena itu ALLAH menggerakkan hati saya untuk spontan mengerjakan apa yang bapak lihat".

Subhanallah... ternyata bila hati menginginkan kebaikan... ALLAH akan membantu hamba NYA melakukan kebaikan itu... sungguh... kebaikan itu hanya mudah dilakukan bagi orang yang memang menginginkannya....

KISAH NYATA SEORANG ANAK NASRANI YANG TERTEMBAK SAAT PERINGATAN MAULID NABI

Pada saat itu, di Libanon Selatan, kebiasaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, mereka rayakan secara turun temurun dan selalu dimeriahkan dengan menembakkan senjata api ke atas untuk menunjukkan kegembiraan.

Ketika itu seorang anak Nasrani Dari keluarga Ghatas yang terkenal terlihat asyik menonton meriahnya peringatan Itu.
Tanpa disadari, sebuah peluru nyasar menembus kepalanya.

Anak itu pun jatuh tersungkur bersimbah darah dan seketika itu juga ibunya berteriak histeris.
Maka dengan segera anaknya dilarikan ke RS. GHASAN HAMUD.
Tetapi RSGH angkat tangan karena tidak mampu menangani pendarahan yg begitu hebat.
Lantas anak itu dirujuk ke RS. AMERIKA yang memiliki banyak dokter ahli dan spesialis.
Tapi begitu melihat kondisi anak itu mereka juga angkat tangan.

Karena panik penuh kecewa, ibu sang anak berteriak dengan kerasnya sambil berseru:
"Di manakah engkau Hai MUHAMMAD yang mengaku sebagai Nabi?
"Lihatlah apa yang dilakukan umatmu kepada anakku karena merayakan hari kelahiranmu"

Pada saat itu dokter kepala yang memimpin perawatan keluar ruangan menemui sang ibu dan memintanya agar melihat anaknya untuk yang terakhir kali.
Ibu nasrani itu dengan lemas dan dipapah masuk ke ruangan, diikuti dengan keluarnya para dokter.
Namun Keajaiban terjadi...

Ketika sang ibu sudah di dalam ruangan, ternyata dia melihat anaknya sedang duduk di tepi tempat tidur sambil berteriak:

"Tutup semua pintu dan jendela nya ibu!! Dia jangan diperbolehkan keluar!!
Antara percaya dan tidak Si ibu mendekati anaknya untuk memastikan kondisi anaknya.
Sungguh sesuatu yang tidak masuk akal.

Kondisi anaknya begitu sehat dan bugar serta tidak ada bekas luka tembakan sama sekali di kepalanya.
Apalagi bercak darah.
"Anakku apa yang terjadi..?“
"Ibu, dia datang mengelus kepalaku sambil tersenyum.“
“Siapa dia sayang"?
“MUHAMMAD…
Muhammad...Ibu.“ jawab anak itu...

Subhanallah.....

Ternyata, teriakan si ibu disambut oleh NABI AGUNG MUHAMMAD SAW.....
Beberapa menit kemudian...
Berkumpullah semua dokter untuk melihat kenyataan di hadapan mereka.
Maka ibu, anak dan semua dokter nasrani yang menyaksikan keajaiban tersebut saat itu juga mengikrarkan syahadat (masuk Islam).

"Kami bersaksi tiada Tuhan yang patut disembah kecuali ALLAAH dan Muhammad benar-benar utusan dan Hamba Allaah"

Ini kejadian nyata yang ditakdirkan oleh Allaah untuk menunjukkan keagungan junjungan kita Sayyidina Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasalam
Tiada yang tidak mungkin bagi Allaah...!

Shallu 'Alan Nabi…!!!!

TIDAK BISA ATAU TIDAK MAU

Pagi itu, Gordon bangun dengan suasana hati yang sangat kacau. “Enough is enough!” Katanya, “Aku sudah tidak bisa lagi! Persoalannya sudah terlalu banyak… Setinggi gunung! Aku nyerah kalah!” Setelah mempertimbangkan beberapa saat, ia pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan semua beban pekerjaan tersebut.

Ia pun memutuskan untuk mengambil liburan menjumpai sahabatnya yang dulu merupakan atasannya. Sekarang di masa pensiunnya, ia tinggal di sebuah lodge dekat sebuah hutan yang sangat asri dan nyaman. “Halo Bill, boleh aku tinggal beberapa saat di lodge kamu? Aku perlu istirahat beberapa saat di sana sebelum aku kirimkan surat pengunduran diriku dari perusahaan.”
Di balik telepon sana, Bill menjawab, “Silakan Gordon, with my pleasure. Tetapi ingat ya. Ini di desa, jadi jangan mengharapkan segala sesuatunya tersedia. Bawa perlengkapan sport ya. Kita akan banyak berolah raga."

Singkat cerita, Gordon pun tiba di lodge milik sahabatnya itu. Bill pun menyambutnya dengan hangat. Ia persilakan sahabatnya untuk masuk dan karena hari juga sudah mulai larut malam, Bill pun mengajak Gordon untuk menyantap makan malam yang sederhana.
Pada saat makan itulah Gordon menceritakan masalah-masalah kantor kepada Bill. Bill mendengarkan sambil mengangguk-angguk. Gordon menceritakan betapa masalahnya itu ruwet sekali seperti benang kusut dan begitu banyak sekali. Sehingga rasanya tidak mungkin untuk bisa diselamatkan. Cara satu-satunya yang ia pikirkan dan yang termudah, ya meninggalkannya.

Bill tidak berkata apa-apa. Ia hanya mendengarkan dan mendengarkan. Hingga akhirnya, Bill berdiri sambil berkata, “Sudahlah, sahabatku. Di sini kan tidak ada pekerjaan, jadi buang jauh-jauh dulu pikiran tentang pekerjaan itu. Besok bangun pagi, bantu aku untuk membelah kayu bakar."
Pagi-pagi, Gordon diajak menuju halaman belakang di mana setumpuk balok kayu sudah tergeletak di sana. “Nah, kamu tolong belah kayu ini dengan kapak ya menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Ini kan, tumpukannya tidak seberapa. Tuntaskan ya… “

Kira-kira 1 jam kemudian, Gordon pun menuntaskan pekerjaannya. Bill datang padanya dengan segelas susu dan makan pagi ala Amerika. Mereka pun sarapan sambil Bill menceritakan kehidupannya di lodge tersebut.

Sebelum habis makan paginya, Bill bertanya pada Gordon, “Kamu tadi waktu masuk ke gudang saat menyimpan kayu-kayu bakar? Apakah Kamu lihat bahwa gudang itu kosong? Dalam 1 minggu ini, gudang itu harus aku penuhi dengan kayu bakar. Bagaimana menurutmu? Saya harus kejar waktu, mengisinya dengan kayu bakar sebelum musim hujan yang akan dimulai Senin depan”

Gordon: “Ah… Impossible! Kamu tidak akan bisa mengisinya, Bill. Kecuali kamu kerja 24 jam sehari. Itu pun saya ragu apakah kamu akan berhasil menyelesaikannya.”
Bill menjawab, "Besok pagi kita akan kerjakan. Sekarang mari kita masuk ke hutan untuk berburu."
Singkat cerita setelah kurang lebih 4 jam, mereka berusaha mencari jejak hewan dan berburu.

Akhirnya mereka pun berhasil membawa pulang seekor rusa yang besar sekali dan lumayan berat.
Bill bertanya pada sahabatnya. “Gordon, menurutmu apakah kita bisa menghabiskan semua rusa ini berdua?”
Gordon lekas menjawab, “Nggak mungkinlah Bill! Mana muat perut kita?”
Bill menjawab, “Nah, jawaban kamu itulah yang sesungguhnya terjadi dalam kehidupan kamu saat ini. Kamu menghadapi MASALAH yang menurut kamu BESAR, lalu kamu mau menyelesaikannya saat ini juga dalam kurun waktu yang pendek. Mana bisa? Kita punya kapasitas kerja. Bekerjalah sesuai kapasitas kerja kita. Nah besok aku teruskan lagi. O iya, Besok bangun pagi ya. Kita perlu membelah kayu bakar lagi.”

Pagi-pagi, Bill sudah sibuk membuat sarapan pagi. Tidak berapa lama, ada sekitar 5 orang pria datang ke tempat Bill. Bill mengundang masuk mereka dan juga Gordon, untuk makan pagi bersama. Setelah itu mereka menuju halaman belakang untuk membelah kayu bakar. Sebelum membelah kayu bakar, mereka pun mengasah kapak miliknya masing-masing agar tajam.
Lalu mereka pun bekerja keras hingga siang hari. Segera saja, gudang kayu bakar tersebut penuh terisi kayu bakar yang diperlukan. Saat tiba waktu melepas lelah, Bill segera segera mengeluarkan daging rusa hasil buruan yang sudah dibersihkan, dipotong, dan dibumbui, sehingga menjadi hidangan yang nikmat.

Pada malam harinya, Bill mengajak Gordon duduk di dekat pendiangan. Ia berkata pada Bill, "Hari ini aku harap kamu belajar banyak hal."
1. Sebelum kamu mulai melakukan usaha keras, "makan pagi" yang merupakan sumber energi kamu harus optimum. Apa makan pagi yang dimaksud? Bukan hanya makanan jasmani saja tetapi juga makanan spiritual yang dapat membangun kekuatan di dalam diri kita untuk berkarya secara maksimal.
2. Jangan lupa mengasah "kapak" agar selalu tajam. Membaca buku seringkali memberikan ide-ide brilian yang mempertajam daya pikir kita, dalam mencari pemecahan atas masalah-masalah kita.
3. Kamu tidak akan pernah dapat menyelesaikan permasalahan kamu seorang diri. Kerja sama tim itu perlu. Kamu perlu merekrut orang yang tepat, dengan menggunakan peralatan atau tools yang tepat.
Ketika kamu katakan "tidak mungkin mengisi penuh gudang tersebut dengan kayu bakar", kamu benar. Karena kamu mengukur dengan hasil yang kamu hasilkan dari keterampilan kamu yang kurang, tenagamu yang kurang, serta menggunakan tools yang kurang tajam.
4. Perhatikan sudut pandang dan pembagian masalah. Ketika kamu mengatakan bahwa "tidak mungkin rusa tersebut habis dimakan hanya berdua", kamu benar. Karena kamu memikirkan bahwa daging tersebut dimakan SEKALIGUS pada WAKTU yang terbatas dan oleh orang dengan KAPASITAS terbatas. Kita bisa lihat, bagaimana jika 5 laki-laki desa yang sudah bekerja keras membelah kayu bakar memakan daging tersebut? Jika saya tidak simpan sebagian, barangkali kita tidak akan kebagian daging untuk makan esok hari.

Tidak ada di dunia ini MASALAH BESAR yang TIDAK BISA diselesaikan; yang ada adalah orang yang menghadapi masalah tersebut TIDAK MAU menyelesaikannya. MASALAH SEBESAR apa pun, jika kita bagi-bagi menjadi masalah-masalah dengan ukuran lebih kecil dan dibagi dengan waktu, maka pasti bisa diselesaikan.

Ingatlah juga bahwa MASALAH tidak akan bisa diselesaikan oleh kita seorang diri. MASALAH akan lebih mudah diselesaikan dengan adanya keterlibatan TEAM. Hal ini juga berlaku untuk masalah di rumah tangga juga, yang perlu penyelesaian dari TEAM atau seluruh anggota keluarga.
Remember, ”The moment you’re ready to quit is usually the moment right before a miracle happens. Don’t Give Up!”

Jumat, 10 November 2017

Kisah Seekor Ikan dan Seekor Kura Kura


Seekor ikan bertanya kepada Kura Kura :
” Mengapa setiap kali kamu mengalami masalah selalu bersembunyi, masuk kedalam cangkangmu…? ”
Kura kura menjawab :
“ Apa penting pertanyaan itu aku jawab ? ”
Ikan berkata :
“ semua mahluk di perairan ini mempertanyakan sifat mu yang selalu bersembunyi jika ada masalah ”
Kura kura berkata :
” Komentar orang lain apakah penting…? Aku tidak menghindar , aku tidak lari dari kenyataan, aku hanya mencari suasana yang lebih damai didalam cangkang ku”
Ikan bertanya lagi :
“Tetapi apakah kamu tidak peduli selalu jadi bahan pembicaraan ?”
Kura kura menjawab :
“Inilah alasan mengapa aku lebih panjang umur dari pada kalian.
Kalian terlalu sibuk mengurusi kehidupan ku sampai kalian lupa siapa diri kalian, kalian terlalu sibuk memperhatikan diriku sampai kalian lupa siapa diri kalian”

======================================================================

“Dalam hidup ini kita sendiri yang menentukan pilihan apa,
berbuatlah yg terbaik dan biarkanlah orang lain mau berkomentar apapun”
” Orang yang menyukaimu tetap akan membenarkanmu sekalipun kamu keliru,
Sebaliknya orang yang membencimu selalu akan menyalahkanmu sekalipun kamu benar ”
” Berapa banyak waktu mu terbuang hanya untuk mengurusi kehidupan orang lain sehingga kamu lupa pada diri mu sendiri kapan harus makan dan istirahat ”
” Sayangi dirimu dengan lebih peduli pada urusanmu sendiri sebab engkau akan menjadi orang yang selalu kekurangan saat kamu selalu ingin tau urusan orang lain “

Senin, 09 Oktober 2017

Menyembunyikan Kebaikan Seperti Halnya Menyembunyikan Keburukan



Ini adalah kisah dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zainal. Ahmad ini pintar, cerdas, tapi kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zainal adalah sahabat yang biasa saja, tapi keadaan orang tuanya mendukung karir masa depan.

Keduanya bertemu. Bertemu di tempat istimewa; koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, pemandangan pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Sungguh indah mempesona.

Zainal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah, necis, perlente, tapi tetap menjaga kesholihannya. Setiap keluar kota, ia menyempatkan singgah di masjid kota yang ia singgah. Untuk memperbaharui wudhu dan sujud syukur. Syukur masih mendapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah sebagai tambahan.

Ia tiba di Puncak, Bogor, mencari masjid. Sembari menepikan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.
Di sanalah ia temukan Ahmad. Terperangah. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak berada, tapi pintar luar biasa.
Zainal tak sangka bila berpuluh tahun kemudian ia temukan Ahmad sebagai merbot masjid.

“Maaf, kamu Ahmad kan? Ahmad kawan Sekolah Menengah, dulu?”.
Yang disapa tak kalah mengenali. Keduanya berpelukan.
“Keren sekali kamu ya Mas… Mantap…”. Zainal terlihat masih dalam keadaan berdasi. Lengan yang digulung untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam ber-merk terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.
Zainal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel, khas merbot. Celana digulung, dan peci 8 dongak hingga jidat lebar terilhat jelas.

“Mad… Ini kartu nama saya…”.
Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wah, keren."
“Mad, selepas saya shalat, kita bincang ya? Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita bincang.

Sambil wudhu, Zainal tak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zainal menyesalkan kondisi negeri ini yang tak berpihak kepada orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.

Air wudhu membasahi wajah… Sekali lagi Zainal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaan ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “Office Boy”.

Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zainal. Tampaknya shalat sunnah. Ya, Zainal sudah menunaikan shalat fardhu di masjid sebelumnya.

Zainal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”.
Zainal menyelesaikan doa secara singkat, ingin segera bincang dengan Ahmad.
“Pak”, tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.
“Iya Mas..?”
“Bapak kenal dengan bapak Insinyur Haji Ahmad…?”
“Insinyur Haji Ahmad…?”
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”
“Itu, yang barusan bincang dengan Bapak…”
“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Sudah haji?”
“Dari dulu sudah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun masjid ini…”.
Kalimat datar yang cukup menampar hati Zainal… sudah haji… dari sebelum bangun masjid ini…

Anak muda tersebut menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah merbot asli di masjid ini. Saya karyawan beliau. Beliau yang bangun masjid ini. Di atas tanah wakaf pribadi. Beliau bangun masjid indah ini sebagai transit bagi siapapun yang hendak shalat. Bapak lihat mall megah di bawah sana? Juga hotel indah di seberangnya? … Itu semua milik beliau... Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh; senang menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya diminta mengaji dan azan saja…”.
Wah, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zainal…
*****
Jika Zainal adalah kita, mungkin saat bertemu kawan lama yang sedang bersihkan toilet, segera beritahu posisi kita, siapa kita yang sebenarnya.

Atau jika kita adalah Ahmad, kawan lama menyangka kita merbot masjid, kita akan menyangkal, lalu menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah bahwa kita adalah pewakaf dan yang membangun masjid.

Kita bukan Haji Ahmad. Ia selamat dari rusaknya nilai amal, tenang, adem. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan. Dan kemudian Allah yang memberitahu siapa sebenarnya. Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukannya.

Ya Tuhanku, Kenapa Engkau Tidak Menolongku?

Ada seorang laki – laki yang tinggal di dekat sebuah sungai. Bulan – bulan musim penghujan sudah dimulai.
Hampir tidak ada hari tanpa hujan baik hujan rintik-rintik maupun hujan lebat.
Pada suatu hari terjadi bencana di daerah tersebut. Karena hujan turun deras agak berkepanjangan, permukaan sungai semakin lama semakin naik, dan akhirnya terjadilah banjir.
Saat itu banjir sudah sampai ketinggian lutut orang dewasa. Daerah tersebut pelan-pelan mulai terisolir. Orang – orang sudah banyak yang mulai mengungsi dari daerah tersebut, takut kalau permukaan air semakin tinggi.

Lain dengan orang-orang yang sudah mulai ribut mengungsi, lelaki tersebut tampak tenang tinggal dirumah. Akhirnya datanglah truk penyelamat berhenti di depan rumah lelaki tersebut.
“Pak, cepat masuk ikut truk ini, nggak lama lagi banjir semakin tinggi”, teriak salah satu regu penolong ke lelaki tersebut.
S lelaki menjawab: “Tidak, terima kasih, anda terus saja menolong yang lain. Saya pasti akan diselamatkan Tuhan. Saya ini kan sangat rajin berdoa.”
Setelah beberapa kali membujuk tidak bisa, akhirnya truk tersebut melanjutkan perjalanan untuk menolong yang lain.

Permukaan air semakin tinggi. Ketinggian mulai mencapai 1.5 meter. Lelaki tersebut masih di rumah, duduk di atas almari.
Datanglah regu penolong dengan membawa perahu karet dan berhenti di depan rumah lelaki tersebut.
“Pak, cepat kesini, naik perahu ini. Keadan semakin tidak terkendali. Kemungkinan air akan semakin meninggi.
Lagi-lagi laki-laki tersebut berkata: ” Terima kasih, tidak usah menolong saya, saya orang yang beriman, saya yakin Tuhan akan selamatkan saya dari keadaan ini.
Perahu dan regu penolongpun pergi tanpa dapat membawa lelaki tersebut.
Perkiraan banjir semakin besar ternyata menjadi kenyatan. Ketinggian air sudah sedemikian tinggi sehingga air sudah hampir menenggelamkan rumah-rumah disitu. Lelaki itu nampak di atas wuwungan rumahnya sambil terus berdoa.

Datanglah sebuah helikopter dan regu penolong. Regu penolong melihat ada seorang laki-laki duduk di wuwungan rumahnya. Mereka melempar tangga tali dari pesawat. Dari atas terdengar suara dari megaphone: ” Pak, cepat pegang tali itu dan naiklah kesini. “, tetapi lagi-lagi laki-laki tersebut menjawab dengan berteriak:”Terima kasih, tapi anda tidak usah menolong saya. Saya orang yang beriman dan rajin berdoa. Tuhan pasti akan menyelamatkan saya.
Ketinggian banjir semakin lama semakin naik, dan akhirnya seluruh rumah di daerah tersebut sudah terendam seluruhnya.

Bagaimana nasib lelaki tersebut?
Lelaki tersebut akhirnya mati tenggelam.

Di akhirat dia dihadapkan pada Tuhan. Lelaki ini kemudian mulai berbicara bernada protes:”Ya Tuhan, aku selalu berdoa padamu, selalu ingat padamu, tapi kenapa aku tidak engkau selamatkan dari banjir itu?”
Tuhan menjawab dengan singkat: “Aku selalu mendengar doa-doamu, untuk itulah aku telah mengirimkan Truk, kemudian perahu dan terakhir pesawat helikopter. Tetapi kenapa kamu tidak ikut salah satupun?

Sebuah cerita menarik. Demikian juga dalam kehidupan kita, kita bekerja dan selalu melakukan doa kepada Allah SWT. Dan Allah sudah sering mengirimkan “truk”, “perahu”, dan “pesawat” kepada kita, tapi kita tidak menyadarinya.

Senin, 24 April 2017

KISAH KEAJAIBAN SUAMI YANG SABAR TERHADAP AKHLAK BURUK ISTRINYA …

Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula. Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari ia mengunjunginya lagi, sampai ke rumah yang dituju pintunya masih tertutup. Ia ketuk pintu rumah itu. Dari dalam terdengar suara wanita: “SIAPA ITU?”
Orang yang salih menjawab: “AKU, SAUDARA SUAMIMU. AKU DATANG UNTUK MENGUNJUNGINYA, HANYA KARENA ALLAH SEMATA. ”
“DIA SEDANG KELUAR MENCARI KAYU BAKAR”, BALAS ISTRI SAHABATNYA. “MUDAH-MUDAHAN IA TIDAK KEMBALI. ”
Lanjutnya sambil terus bergumam memaki-maki suaminya. Ketika mereka sedang terlibat perbincangan, tiba-tiba orang yang salih itu datang sambil menuntun seekor harimau yang sedang membawa seikat kayu bakar.
Begitu melihat saudaranya datang mengunjunginya, ia menghambur kepadanya seraya bersalam. Kayu bakar itu lalu diturunkan dari punggung harimau tersebut. Katanya kemudian kepada sang harimau:
“SEKARANG PERGILAH KAMU, MUDAH-MUDAHAN ALLAH MEMBERKAHIMU. ”
Orang yang salih itu (yakni yang empunya rumah) lalu mempersilakan saudaranya masuk. Sementara isterinya masih bergunam memaki-maki dirinya.
Namun sebegitu jauh ia hanya berdiam, tanpa menunjukkan reaksi kebencian. Setelah terlibat perbincangan beberapa saat lamanya, hidangan keluar disuguhkan. Dilanjutkan berbincang-bincang hingga beberapa saat.
Setelah itu saudaranya berpamitan dengan menyimpan kekaguman yang sangat berkesan. Ia sangat kagum sebab saudaranya sanggup menekan kesabarannya menghadap isteri yang begitu cerewet dan berlidah panjang.
Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Sampai di depan pintu ia mencoba mengetuknya. Isterinya keluar dan menyapa: “TUAN SIAPA?”
“AKU ADALAH SAUDARA SUAMIMU, BALASNYA. KEDATANGANKU INI SEMATA UNTUK MENGUNJUNGINYA. ”
“OH, SELAMAT DATANG, TUAN, ” kata isteri saudaranya seraya mempersilahkan masuk penuh keramahan. Tidak begitu lama saudara salih yang ditunggunya tiba juga sambil memanggul seikat kayu bakar.
Mereka segera terlibat perbincangan sambil menikmati hidangan yang disuguhkan. Setelah semuanya dirasa cukup, dan ketika ia hendak kembali, ia sempatkan bertanya tentang beberapa hal.
Bagaimana dahulu ia dapat menundukkan seekor harimau dan mau diperintah membawakan kayu bakar. Sedang sekarang ini ia hanya datang sendirian sambil memanggul kayu bakar. “KENAPA BISA BEGITU?” tanya saudaranya.
Saudaranya menjawab: ”KETAHUILAH SAUDARAKU, ISTERIKU YANG DAHULU BERLIDAH PANJANG ITU SUDAH MENINGGAL, SEDAPAT MUNGKIN AKU BERUSAHA BERSABAR ATAS PERANGAI BURUKNYA. SEHINGGA ALLAH MEMBERI KEMUDAHAN DIRIKU UNTUK MENUNDUKKAN SEEKOR HARIMAU, SEBAGAIMANA PERNAH KAU LIHAT SENDIRI SAMBIL MEMBAWA KAYU BAKAR ITU.
SEMUANYA TERJADI LANTARAN KESABARANKU PADANYA. LALU AKU MENIKAH LAGI DENGAN PEREMPUAN YANG SHALIHAH INI.
AKU SANGAT GEMBIRA MENDAPATKANNYA. MAKA HARIMAU ITUPUN DIJADIKAN JAUH DARIKU, KARENA ITU AKU MEMANGGUL SENDIRI KAYU BAKAR ITU, LANTARAN KEGEMBIRAANKU TERHADAP ISTERIKU YANG SHALIIHAH INI.”
– (Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujain) –


Sabtu, 08 April 2017

Jagung

Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya.
“Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?” tanya sang wartawan.
“Tak tahukah anda?,” jawab petani itu. “Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula.”
Begitu pula dengan hidup kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong tetangganya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong tetangganya hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang disentuhnya.
***

Kisah Sesendok Madu

Diceritakan, pada suatu ketika seorang raja ingin menguji kesadaran warga kotanya. Raja memerintahkan agar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan membawa sesendok madu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncak bukit di tengah kota. Seluruh warga kota memahami benar perintah tersebut dan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya. Tetapi, dalam pikiran seorang warga kota ( katakanlah namanya Fulan); terlintas cara untuk mengelak perintah tersebut. “Aku akan membawa sesendok penuh, tapi bukan madu. Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungiku dari pandangan mata orang lain. Sesendok air tidak akan mempengaruhi isi bejana yang kelak akan diisi madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah waktu yang ditetapkan. Apa kemudian yang terjadi? Bejana itu ternyata seluruhnya berisi penuh dengan air! Rupanya seluruh warga kota berpikiran sama dengan si Fulan. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambil membebaskan diri dari tanggung jawab.
Kisah simbolik ini sering terjadi dalam berbagai kehidupan masyarakat. Idealnya memang bahwa seseorang harus memulai dari dirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian melibatkan pengikut-pengikutnya.
Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allah disertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yang mengikutiku (QS 12:108)
Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin (pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)
Perhatikanlah kata-kata : “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri”. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian susulkanlah keluargamu” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Berarti setiap orang harus harus tampil terlebih dulu. SIkap mental yang seperti ini akan menyebabkan bejana sang raja akan penuh dengan madu, bukan air, apalagi racun.

Subuh Berjamaah Penentu Nasib Di Akherat

Suatu ketika seorang bocah yang baru duduk di kelas 3 sekolah dasar mendapat motivasi dari gurunya untuk melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Baginya hal tersebut adalah hal yang sulit karena keluargaya tidak biasa shalat subuh berjama’ah, namun anak ini mempunyai tekad yang kuat untuk bisa berjama’ah subuh di masjid.
Anak tersebut tidak biasa bangun di pagi buta saat fajar, karena takut kesiangan ia tidak meminta ayahnya untuk membangunkan atau memasang alarm, namun ia memilih untuk tidak tidur di malam hari dan menunggu hingga adzan subuh berkumandang.
Begitu adzan subuh berkumandang ia segera keluar menuju masjid. Ada satu masalah muncul ketika itu, suasana di luar rumahnya yang gelap dan sunyi membuat nyalinya menciut. Ia tidak berani pergi ke masjid sendiri. Pada saat itu juga ia mendengar langkah kaki yang berat, alih-alih setelah diamati, ternyata ada seorang kakek berjalan dengan tongkatnya. Anak tadi yakin bahwa sang kakek akan pergi ke masjid dan mengikuti dari belakang tanpa sepengetahuan sang kakek.
Prediksinya benar, Allah benar-benar membukakan jalan bagi hambanya yangmemiliki tekad. Ia pun menjadikan hal tersebut sebagai rutinitasnya, begadang sepanjang malam hingga adzan subuh menggema, lalu berjalan menuju masjid di belakang sang kakek, shalat subuh berjama’ah dan kembali ke rumah dengan cara yang serupa saat dia berangkat.
Keluarganya tidak ada yang mengetahuinya, mereka hanya tahu bahwa bocah tersebut menjadi jarang bermain dan lebih banyak tidur sepulang sekolah. Kemudian taqdir Allah terjadi. Ia mendengar kabar bahwa kakek tersebut meninggal dunia, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kita akan kembali.
Bocah itu menangis sesenggukan, ia begitu sedih. Sang pemandu jalan telah meninggal. Ia mencintainya karena dengannya ia bisa menghadiri sholat subuh berjama’ah, dengannya ia bisa bertaqwa kepada Allah.
Ayahnya heran melihat anaknya yang menangis dan bertanya, “Kenapa kamu menangis ? ia kan bukan kakekmu ? bukan siapa-siapamu ?”
Spontan anaknya menjawab, “ Kenapa bukan ayah saja yang meninggal ?”
Ayahnya kaget. “ Astahfirulloh, kenapa kamu bicara seperti itu nak ?”. ujarnya dengan keheranan.
“Lebih baik ayah saja yang meninggal, ayah tidak pernah membangunkanku untuk sholat subuh. Tidak pernah mengajakku ke masjid, sedangkan kakek itu ….. setiap pagi aku berjalan dibelakangnya untuk shalat subuh di masjid”.
Ayahnya sontak terdiam, lidahnya kelu, matanya menganak sungai, selama ini ia begitu lalai, meninggalkan kewajiban sebagai hamba Allah dan lalai dalam mendidik anaknya. Ia pun akhirnya rajin mengikuti shalat jama’ah di masjid karena dakwah anaknya, terutama shalat subuh.
Dikutip dari buku “Dasyatnya Bangun Pagi” semoga bisa memetik hikmahnya.

Rabu, 29 Maret 2017

Dokter Itu...


Seorang dokter berlari terburu-buru memasuki rumah sakit karena ada panggilan operasi darurat.
Dia menjawab panggilan itu secepatnya, mengganti dgn baju operasi dan langsung menuju ruang operasi.
Dia bertemu dgn ayah sang anak yg mondar mandir sepanjang lorong menunggu dokter datang.

Ketika melihat dokter itu, si ayah berteriak:
"kenapa lama sekali datangnya? Apa anda tdk tau kalau nyawa anak saya dlm bahaya? Apa anda tdk punya rasa tanggungjawab?"

Dokter itu tersenyum dan menjawab:
"Maafkan saya, tadi saya tidak di rumah sakit dan saya datang secepatnya setelah menerima panggilan, dan sekarang saya mohon bapak tenang dulu jadi saya bisa melakukan tugas saya"

"Tenang? Bagaimana jika anak anda yg di dalam sana saat ini, apa anda bisa tenang?
Jika anak anda meninggal sekarang, apa yg akan anda lakukan?" Jawab si ayah sambil menahan amarah.

Dokter itu tersenyum kembali dan menjawab:
"Dokter tidak bisa memanjangkan umur manusia. Kami akan mengusahakan yg terbaik dan tetap berharap bantuan Tuhan"

"Ngomong memang gampang kalau tidak perduli" gumam si ayah.

Operasi berlangsung beberapa jam dan dokter itu keluar dgn gembira,
"Syukur pada Tuhan, anak anda selamat"
Tanpa menunggu jawaban dari sang ayah, dia terus saja berjalan " kalau ada yg mau ditanyakan, tanyalah pada suster"

"kenapa dia sombong sekali?" Bahkan dia tidak bisa menunggu sebentar jadi saya bisa menanyakan ttg keadaan anak saya" komentar si ayah pada seorang suster

Suster itu menjawab sambil menangis, tetes air mata membasahi wajahnya:
"Anaknya meninggal kemarin karena kecelakaan, beliau sedang di pemakaman ketika kami memanggilnya utk mengoperasi anak bapak. Dan sekarang setelah menyelamatkan anak bapak, beliau harus buru buru kembali ke pemakaman anaknya".


++++++++++++++++ Moral +++++++++++++
Jangan suka cepat menghakimi orang lain..
Karena kita tak pernah tau sesungguhnya tentang hidup orang lain, apa yg sedang mereka alami dlm perjalanan hidup mereka...

Sabtu, 26 November 2016

KADO UNTUK GURU

*Kata GUS DUR begini*
Dalam minuman 'KOPI' ada 3 unsur,
*Kopi*
*Gula*
*Rasa*
Kopi adalah Orang tua
Gula adalah Guru
Rasa adalah siswa
Jika kopi terlalu pahit
Siapa yang salah?
Gula lah yang disalahkan karena terlalu sedikit,
hingga "rasa" kopi menjadi pahit!!!
Jika kopi terlalu manis
Siapa yg disalahkan?
Gula pula yang disalahkan karena terlalu banyak,
hingga "Rasa" kopi menjadi manis!!!
Jika takaran kopi dan gula seimbang, sehingga rasa yang tercecap menjadi nikmat,
Siapa yg di puji...???
Tentu semua akan berkata:
Kopinya mantaaap.................!!!!!
Kemana gula???
Dimana gula???
yang mempunyai andil membuat "rasa" kopi menjadi mantaaap!!!
Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu manis maka dia akan dipersalahkan!!!
Itulah guru yang ketika "rasa" terlalu pahit maka dia pula yang akan dipojokkan!!!
Tetapi,
Ketika "rasa" mantap,
Ketika siswa berprestasi,
Maka orang tua lah yang akan menepuk dadanya:
"Anak siapa dulu"
Mari Ikhlas seperti Gula yang larut tak terlihat tapi sangat bermakna.
Gula PASIR memberi RASA MANIS pada KOPI, tapi orang MENYEBUTnya KOPI MANIS... bukan KOPI GULA...
Gula PASIR memberi RASA MANIS pada TEH, tapi orang MENYEBUTnya TEH MANIS... bukan TEH GULA...
ORANG menyebut ROTI MANIS... bukan ROTI GULA...
ORANG menyebut SYRUP Pandan, Syrup APEL, Syrup JAMBU....
padahal BAHAN DASARnya GULA....
Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...
Akan tetapi apabila berhubungan dengan penyakit, barulah GULA disebut.. PENYAKIT GULA
Begitulah HIDUP....
Kadang KEBAIKAN yang Kita TANAM tak pernah disebut Orang,
Tapi sedikit saja khilaf salah dilakukannya, maka akan dibesar-besarkan!!!
IKHLAS lah seperti GULA...
LARUT lah seperti GULA...
Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKAN...!!!!
Tetap SEMANGAT menyebar KEBAIKAN..!!!
Karena KEBAIKAN tidak UNTUK DISEBUT...
Tapi untuk *DI RASAKAN*

Senin, 10 Oktober 2016

HANYA SOAL WAKTU .....

Oleh : Shahnaz Haque, Rabu (5/10/2016).

Saat rumahmu akan sebersih dan serapih rumah2 dalam majalah2 yang sering kau irikan itu..
Maka... nikmatilah setiap detik letihmu yang harus berpuluh kali membereskan kekacauan yang mereka buat

Hanya soal waktu...
Saat mereka tak mau lagi kau gandeng, peluk atau sekedar kau cium rambutnya
Maka... berbahagialah ketika mereka selalu membuntutimu kemanapun kakimu melangkah, meski kadang hal itu mengesalkanmu,
bagi mereka tak ada selainmu

Hanya soal waktu...
Saat kau tak lagi jadi si serba tahu dan tempat mengadu
Maka... bersabarlah dengan rentetan pertanyaan juga celoteh riang dari mulut mungil mereka yang kadang membuat dahimu mengernyit atau keasyikanmu terhenti

Hanya soal waktu...
Saat mereka mulai _meminta kamarnya masing2_ dan melarangmu mengutak atik segala rupa apa yang di dalamnya
Maka... tahan emosimu dari rengekan manja mereka saat minta kelon atau dongeng sebelum tidur ketika mata 5 wattmu juga meminta haknya

Hanya soal waktu...
Saat mereka menemukan separoh hatinya untuk selanjutnya membangun sarangnya sendiri. Mungkin saat itu posisimu tak lagi sepenting hari ini
Maka... resapilah setiap mili kebersamaanmu dengan mereka selagi bisa
Karena tak butuh waktu lama menunggu kaki kecil mereka tumbuh menjadi sayap yang kan membawanya pergi menggapai asa dan cita

Kelak kau hanya bisa menengok kamar kosong yang hanya sekali dua akan ditempati penghuninya saat pulang...
Termangu menghirup aroma kenangan di dalamnya dan lalu tercenung *"Dulu kamar ini pernah begitu riuh dan ceria"* Dan kau akan begitu merindukannya
Kelak kau akan sering menunggu dering telepon mereka untuk sekedar menanyakan *"Apa kabarmu ibu, ayah"?*

Dan kau akan begitu bersemangat menjawabnya dengan cerita-cerita tak penting hari ini
Kelak kau akan merindukan acara memasak makanan kegemaran mereka dan merasa sangat puas saat melihat hasil masakanmu tandas di piring mereka
Janganlah keegoisanmu hari ini akan membawa sesal di kelak kemudian hari
Kau takkan pernah bisa memundurkannya sekalipun sedetik untuk sekedar sedikit memperbaikinya

Karena waktu berjalan...
Ya... ia berlari...
Tidak.... ia bahkan terbang...
Dan dia tak pernah mundur kembali...


MARI KITA SAYANGI ANAK KITA SEPENUH HATI, SELAGI MASIH ADA WAKTU"