Disuatu siang hari, tiba-tiba ponselku berbunyi, kutatap layar HP Jadulku yang menyala monocrom,HP yang tidak bisa FB, BBM atau WA. nampak nomor yang tidak aku kenal sedang memanggil. Kutekan tombol bergambar gagang telepon berwarna hijau, kemudian terjadilah pembicaraan.
“Begini, Pak, operator saya mengundurkan diri, saya kebingungan mengelola Emis/SIMPATIKA , saya mau minta tolong sama bapak untuk mengelola Emis/SIMPATIKA sekolah kami”
“Aduh, Pak, bukannya tidak mau membantu, tapi Emis/SIMPATKA di sekolah saya belum rampung. Apalagi sekarang harus mengaktifkan dan mencetak kartu NUPTK para PTK di SIMPATIKA, mana banyak yang mutasi lagi, belum lagi berkas tunjangan fungsional 3 lembaga ditempat kami belum tersentuh, ditambah lagi saya harus menyiapkan soal-soal MID dan aplikasi raport yang blm saya fahami, Belum lagi saya harus menyelamatkan PDUM 3 lembaga agar bisa mendapatkan blanko ijazah, bagaimana kalau saya mendampingi bapak saja mengelolanya”
“Nggak, pokoknya saya menunjuk kamu jadi operator sekolah saya”
“Aduh, Pak.... gimana ya....”
Setelah terjadi perbincangan yang cukup alot, akhirnya atas dasar kemanusiaan dan rasa iba dengan kepala sekolah yang ditinggal operatornya tersebut aku mengiyakan mengelola Emis dan sekaligus SIMPATIKA. Keesokan harinya kepala sekolah datang ke rumahku menyerahkan laptop, data-data siswa dan PTK. Selama hampir satu minggu, aku menginput data siswa baru dan mengupdate data-data siswa dan PTK hingga selesai, aku sempat sakit karena kurang istirahat. Namun karena tanggung jawab yang begitu besar yakni menyangkut masa depan sekolah dan para PTK, akhirnya selesai juga dan berhasil melakukan sinkronisasi. Sesi kedua saatnya mengaktifkan dan mencetak kartu NUPTK, kemudian siap-siap dengan EDS siswa yang sudah menanti. Oke deh lagi-lagi aku begadang ria hingga akhirnya kartu PTK berhasil dicetak semua. serta data EMIS berhasil aku selamatkan, terutama siswa akhir yang termasuk dalam nominasi PDUM sebagai prasyarat dikeluarkannya blanko ijazah.
Keesokan harinya beliau datang ke sekolahku dan mengambil kartu NUPTK yang telah kucetak, serta hasil print DNT PDUM dan bilang begini: “ini untuk beli internet” sambil menyodorkan uang Rp. 200.000,- “Terima kasih ya” lanjutnya sambil bersalaman. Agak kaget sih, “kok hanya buat internet” gumamku dalam hati, tapi ya sudahlah, tidak apa-apa, namanya juga membantu atas dasar keikhlasan, jadi uang segitu tidak aku pikirkan. Namun, dari kejadian tersebut membuat aku cukup lama merenung, “pantas saja operator sekolahnya mengundurkan diri, hmmmmm.........” Bukan masalah jumlah uang yang diterima, bukan masalah ikhlas atau tidaknya, bukan mengeluh, dan bukan pula soal mematok bayaran. Hanya saja terkadang PENGORBANAN OPERATOR tidak sebanding dengan honorarium yang diberikan, hingga niat membantu dengan ikhlas terkesan diremehkan.
'WAJAR, JIKA ADA OPERATOR YANG TIDAK KUAT DAN MEMILIH MUNDUR
MENGABDI BUKAN BERARTI TIDAK BUTUH DUIT, BUTUH DUIT BUKAN BERARTI MATA DUITAN.
Kalau memang OPM dituntut untuk mengabdi tanpa pamrih, perlu dipertanyakan, pegawai honorer menuntut diangkat jadi PNS untuk apa ? pencairan uang sertifikasi terlambat satu atau dua bulan saja demo, ngomel-ngomel terus, e..e...malah OPM yang jadi sasaran emosi, bukankah katanya mengabdi ? toh ujung-ujungnya mengeluh juga kalau tunjangan sertifikasinya tidak dibayar.
Jadi, dalam hal ini, seharusnya kita bisa membedakan, mana yang namanya MENGELUH, mana yang namanya MENUNTUT HAK yang layak sesuai dengan kinerja. Beruntungnya OPM adalah makhluk kasar ciptaan Tuhan (maksudnya bukan makhluk halus ). Coba saja bayangkan, seandainya OPM made in Jepang, Korea atau rakitan Cina, pastilah sudah terpreteli satu persatu. Tentunya sebagai manusia ciptaan Tuhan, tidak ada kata memory over load, baterai risk, dan banyak masalah lainnya. Hanya cukup dengan secangkir kopi, sebungkus rokok dan beberapa potong kue sebagai pengganjal perut, OPM tetap bertahan di depan laptop. Sebagai tenaga profesional, tentunya OPM tetap bekerja keras dalam melaksanakan tugas walau hingga larut malam. Letih, lesu, dan kurang bersemangat tidak ada dalam kamus hidup OPM.
Kayaknya udah banyak nih gua ngoceh. Capek belum..... kalo belum lanjut......
OPERATOR PERLU DISELAMATKAN
Perjalanan Penguatan Data Emis/SIMPATKA selama 1 tahun ini begitu banyak perkembangan dari kualitas data sampai dengan kualitas pengiriman sampai dengan 96% Progres Nasional. Siapa yang berjasa. Pihak P2TK pun mengakui bahwa pemerintah saat ini “mengemis” meminta data dari sekolah dalam hal ini Operator Madrasah.Untuk apa Mulai dari Sekolah, pemerintah mengetahui dengan pasti berapa jumlah sekolah di negeri ini, berapa yang rusak ringan, berapa yang rusak berat, berapa yang kekurangan ruangan kelas tidak seperti sebelum data yang dikirim secara manual banyak yang fiktif sehingga pemerintah merasa di rugikan milyaran bahkan trilyunan rupiah karena bantuan masuk kepada yang tidak berhak. (yang gampang aja kemarin, terjadi siswa ganda). Jika ingin data cepat selesai dan valid, tolong dong perbaiki sistemnya. Jangan asal blok saja triks2 yang ditemukan operator yg sebenarnya tidak merusak sistem tapi mempercepat kerja operator. Tanpa harus dibawa muter2 ke admin kab, kanwil atau Live Agent yang justru memperlambat kinerja operator. Belum lagi yang masih heboh sekarang masalah BSU. kenapa SIMPATIKA tidak mendeteksi NIK dari awal sebagai bukan penerima BSU sebelum para guru mencairkan bantuan yang justru menjadi hutang???
Kok jadi protes???
ok lanjut !!
Sekolah mana saja yang berhak mendapatkan bantuan DAK, mana saja yang berhak mendapatkan RKB dengan rasio jumlah siswa yang akurat, tepat dan akuntable, mana saja yang berhak mendapatkan bantuan bangunan Perpustakaan dan lain-lain. Sekarang Berapa milyar dan bahkan trilyunan rupiah bisa diselamatkan. Siapa yang berjasa. Dari data PTK sebelum Emis/SIMPATKA pemerintah tidak yakin akan jumlah PTK yang ada di negeri ini, bagaimana penyebarannya, berapa jumlah PNS, berapa Jumlah Non PNS, apakah sekolah kekurangan guru ataupun malah kelebihan karena yang pemerintah pusat terima adalah laporan secara manual dari dinas provinsi, dinas kabupaten yang isinya tidak akurat setelah langsung di validasi kelapangan. Pemerintah merasa kecolongan dan dibohongi.
Sekarang dengan Emis/SIMPATKA melalui Operator Madrasah Pemerintah dengan pasti mengetahui bagaimana pemetaan PTK di sekolah-sekolah, mana saja sekolah yang kekurangan guru, mana saja sekolah yang kelebihan guru, berapa jumlah PNS, berapa Jumlah Non PNS, berapa jumlah yang berhak menerima Tunjangan Profesi sesuai dengan 24 jam mengajarnya, berapa jumlah yang berhak menerima Aneka Tunjangan untuk Non PNS yang sebelum Emis/SIMPATKA hanya usulan manual dan ternyata sampai kepada yang tidak berhak. Sekarang Berapa milyar bahkan trilyunan rupiah bisa diselamatkan. Siapa yang berjasa. Peserta Didik, sekarang dengan pasti pemerintah bisa mengetahui berapa Dana BOS harus dikucurkan ke sekolah-sekolah, berapa dana BSM harus dikeluarkan tidak seperti sebelum Emis/SIMPATKA yang pengajuannya dilakukan secara manual karena banyaknya sekolah-sekolah yang membengkakkan datanya. Sekarang berapa milyar bahkan trilyunan rupiah bisa diselamatkan. Siapa yang berjasa Operator Madrasah ibarat Pejuang Kemerdekaan RI, yang berjuang jiwa dan raga dengan hati ikhlas dan profesional, mengorbankan materi, meninggalkan keluarga tanpa melihat resiko dan jasa apa yang akan mereka dapat tetapi tujuan mereka adalah berjuang untuk kemerdekaan Republik Tercinta ini, untuk seluruh Rakyat RI. Mereka adalah cikal bakal kemerdekaan tanpa kenal lelah siang dan malam memperjuangkan Kebebasan dari penjajah. Walaupun nantinya hanya ucapan terimakasih yang didapat, hanya sebuah nama yang di kenang dalam buku sejarah dan batu nisan bahkan tanpa di kenal sama sekali dan dianggap tidak ada.
Sekarang pertanyaannya apa yang membuat semangat Operator Madrasah. Sebuah system dari pemerintah melalui aplikasi-aplikasi terutama Emis/SIMPATKA memotong jalur birokrasi Administrasi dari sekolah, UPT kecamatan, Dinas Kabupaten, Dinas Provinsi dan Pusat. Kecurangan-kecurangan yang terjadi, manipulasi data, pembengkakan jumlah Peserta Didik, pelaporan BSM yang fiktif, laporan palsu dari penerima sertifikasi dan lain sebagainya di kikis oleh Aplikasi yang namanya Emis/SIMPATKA . Pelaporan dari Sekolah langsung ke Dirjen Kemdiknas membuat gerah para pejabat yang nakal, yang memanfaatkan pelaporan secara manual, tidak bisa lagi menahan ataupun menyunat tunjangan-tunjangan yang langsung masuk ke rekening penerima, dan mungkin yang terjadi sekarang hanya membuat “pengkondisian” dan juga “belas kasihan” dari sang penerima tunjangan.
Nah disinilah Peran seorang Operator Madrasah sangat penting dalam menginput data dengan benar dan sesuai realita dengan tidak keluar dari Aturan-aturan pemerintah sesuai tuntutan Aplikasi dan dibayangi dengan UU ITE. Seorang Operator Madrasah harus menguasai alur dan struktur pemograman, Aturan pembagian jam Pembelajaran sesuai KTSP ataupun KUR 2013, penguasaan mereka lebih hebat dari Wakil Kepala Madrasah bagian program kurikulum, mendata seluruh peserta didik dan PTK, lebih hebat dan rinci dari bagian sensus kependudukan dan kepegawaian daerah, bertanggung jawab mengenai pencairan dana BOS, tunjangan sertifikasi PTK, bantuan RKB, DAK, dan sebagainya yang berkaitan dengan sekolah lebih hebat dari pejabat-pejabat pembuat kebijakan, dan para dewan yang terhormat yang membuat persetujuan. APLIKASI YANG LUAR BIASA HEBAT dan OPERATOR YANG LUAR BIASA HEBAT DAN HANDAL.
Lalu untuk siapa sebenarnya OPM berjuang. Untuk Sekolah, Untuk Siswa, Untuk PTK lantas apa yang Operator Madrasah terima???. Tekanan dari sekolah, dari PTK yang bersertifikasi, dari PTK Non PNS yang merasa berhak menerima Aneka Tunjangan. Sementara Operator Sekolahnya pun tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah, hanya melempar ke sekolah dengan sedikit mencatumkan di JUKNIS BOS itu juga kalau dijalankan oleh Sekolah. buktinya banyak keluhan dari Operator Madrasah yang memakai laptop sendiri, modem dan pulsa sendiri dengan honor sekolah yang disamakan dengan honor penjaga sekolah bahkan mungkin di bawahnya dan pantas saja dari sekolah dan PTKnya tidak menghargai pekerjaan Operator Madrasah karena Pemerintahpun tidak menghargai kerja kerasnya Operator. Ada yang bilang “KALAU TIDAK SANGGUP JANGAN JADI OPERATOR MADRASAH”, Bukan mengenai mau atau tidaknya menjadi Operator madrasah, bukan mengenai sanggup tidaknya menjadi operator madrasah karena itu berkaitan dengan individu masing-masing, tetapi esensi dari tugas Operator Madrasah sendiri, Penghargaan Untuk Operator Madrasah sendiri. Melalui Aneka Tunjangan yang tadinya diharapkan para Operator Madrasah sekarang sudah tinggal cerita, Mungkin masih ingat dengan "BULAN DATA'. Semua hanya omong kosong yang penuh dengan PHP. ini bukti Operator Madrasah di abaikan oleh Pemerintah,
Kami hanya minta Operator Madrasah diperhatikan oleh pemerintah tidak lebih. Kami hanya minta Operator Madrasah dihargai oleh pemerintah tidak lebih. Salahkah Operator Madrasah minta untuk di prioritaskan mendapatkan tunjangan tersebut,, karena Operator Madrasah sudah menyelamatkan Uang Negara milyaran bahkan trilyunan rupiah. Semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan operator.
SORRY BRO CUMA NGERANGKAI KELUHAN BEBERAPA OPM DI LUARAN SANA. YANG SEMPAT SAYA BACA....